Catatan:
-Cerbung ini aku tulis sekitar tahun 2007.
-Pernah aku ikutkan sayembara menulis cerpen dan cerbung Femina 2007, tapi tidak menang.
-Cerbung ini aku tulis sekitar tahun 2007.
-Pernah aku ikutkan sayembara menulis cerpen dan cerbung Femina 2007, tapi tidak menang.
-Pernah aku kirimkan ke majalah, tapi tidak dimuat.
-Pernah juga aku kirimkan ke sebuah penerbit, tapi tidak ada kabarnya.
-Akhirnya cerbung ini aku publish di blog ini. Hehehe.
Sinopsis:
Amelia, Saskia, Elisa, dan Widia adalah empat sekawan semenjak kuliah hingga kini dimana mereka masing-masing telah bekerja di tempat berbeda. Untuk tetap menjaga tali silaturrahmi, mereka sepakat untuk bertemu dan berkumpul setiap jumat sore di kedai teh. Mereka mengobrol dan saling bertukar cerita. Saskia sedang mempersiapkan pernikahannya. Erika diajak menikah kekasihnya. Widia ternyata sudah hamil. Sedangkan kabar dari Amelia?
-Pernah juga aku kirimkan ke sebuah penerbit, tapi tidak ada kabarnya.
-Akhirnya cerbung ini aku publish di blog ini. Hehehe.
Sinopsis:
Amelia, Saskia, Elisa, dan Widia adalah empat sekawan semenjak kuliah hingga kini dimana mereka masing-masing telah bekerja di tempat berbeda. Untuk tetap menjaga tali silaturrahmi, mereka sepakat untuk bertemu dan berkumpul setiap jumat sore di kedai teh. Mereka mengobrol dan saling bertukar cerita. Saskia sedang mempersiapkan pernikahannya. Erika diajak menikah kekasihnya. Widia ternyata sudah hamil. Sedangkan kabar dari Amelia?
Maharani Menulis:
MENIKAHLAH DENGANKU, MEL
Gaun pengantin itu tampak sangat indah. Bahannya yang sehalus sutera. Warnanya yang seputih mutiara. Hiasan-hiasannya yang mempesona. Semuanya benar-benar menjadikan gaun pengantin itu terkesan sangat istimewa dan penuh makna.
Sudah lebih dari lima belas menit aku memandangi sekaligus mengagumi gaun pengantin yang dikenakan oleh boneka pajangan itu dengan takjub. Nyaris tak berkedip. Sepertinya gaun pengantin itu benar-benar sudah membuatku terhipnotis bahkan tersihir sehingga enggan rasanya aku memalingkan wajahku darinya.
Elisa yang duduk di sampingku tidak sedetik pun aku ajak bicara. Lagipula tampaknya dia juga tidak peduli. Karena matanya sedari tadi sibuk mengamati halaman demi halaman majalah pengantin yang sedang dibacanya. Mungkin dia sedang mencari ide atau menimbang-nimbang model gaun pengantin seperti apa yang akan dikenakannya nanti bila dia menikah empat bulan lagi.
Saat ini aku dan Elisa sedang berada di butik tempat Saskia memesan gaun pengantinnya. Kami berada di butik ini karena sedang menemani Saskia yang hendak mengepas gaun pengantinnya sekali lagi sebelum resmi dikenakannya pada pernikahannya, yang tinggal tiga hari lagi.
Dulu, ketika Widia mengepas gaun pengantinnya, aku, Saskia, dan Elisa yang menemaninya. Kini, giliran Saskia yang mengepas gaun pengantinnya, aku dan Elisa yang menemaninya. Widia tidak bisa ikut karena harus memeriksakan kandungannya ke dokter. Mungkin nanti, kalau Elisa yang mengepas gaun pengantinnya, hanya aku saja yang menemaninya. Widia mungkin semakin sibuk mengurusi kehamilannya, sedangkan Saskia mungkin masih asyik berbulan madu. Lalu, jangan-jangan bila tiba giliranku nanti – entah kapan – untuk mengepas gaun pengantinku, malah tidak ada sahabat yang menemaniku. Karena ketiga sahabatku sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mungkin Widia sibuk mengurusi anaknya. Saskia mungkin sibuk dengan kehamilannya. Elisa, mungkin juga punya kesibukan yang kurang lebih sama. Oh, betapa menyedihkannya.