Catatan:
-Cerbung ini aku tulis sekitar tahun 2007.
-Pernah aku ikutkan sayembara menulis cerpen dan cerbung Femina 2007, tapi tidak menang.
-Pernah aku kirimkan ke majalah, tapi tidak dimuat.
-Pernah juga aku kirimkan ke sebuah penerbit, tapi tidak ada kabarnya.
-Akhirnya cerbung ini aku publish di blog ini. Hehehe.
Sinopsis:
Amelia, Saskia, Elisa, dan Widia adalah empat sekawan semenjak kuliah hingga kini dimana mereka masing-masing telah bekerja di tempat berbeda. Untuk tetap menjaga tali silaturrahmi, mereka sepakat untuk bertemu dan berkumpul setiap jumat sore di kedai teh. Mereka mengobrol dan saling bertukar cerita. Saskia sedang mempersiapkan pernikahannya. Erika diajak menikah kekasihnya. Widia ternyata sudah hamil. Sedangkan kabar dari Amelia?
Maharani Menulis:
-Cerbung ini aku tulis sekitar tahun 2007.
-Pernah aku ikutkan sayembara menulis cerpen dan cerbung Femina 2007, tapi tidak menang.
-Pernah aku kirimkan ke majalah, tapi tidak dimuat.
-Pernah juga aku kirimkan ke sebuah penerbit, tapi tidak ada kabarnya.
-Akhirnya cerbung ini aku publish di blog ini. Hehehe.
Sinopsis:
Amelia, Saskia, Elisa, dan Widia adalah empat sekawan semenjak kuliah hingga kini dimana mereka masing-masing telah bekerja di tempat berbeda. Untuk tetap menjaga tali silaturrahmi, mereka sepakat untuk bertemu dan berkumpul setiap jumat sore di kedai teh. Mereka mengobrol dan saling bertukar cerita. Saskia sedang mempersiapkan pernikahannya. Erika diajak menikah kekasihnya. Widia ternyata sudah hamil. Sedangkan kabar dari Amelia?
Maharani Menulis:
MENIKAHLAH DENGANKU, MEL
Wanna get married syndrome atau sindrom ingin menikah. Begitulah, aku menyebut apa yang aku rasakan ini. Dan, penyakit itu mulai menggerogoti hati dan pikiranku sejak aku menyaksikan Widia menikah, setengah tahun lalu. Entah kenapa, rasanya ada yang terjadi pada diriku ketika aku melihat sahabatku itu duduk di atas pelaminan bersama Surya, laki-laki yang sudah jadi pacarnya selama hampir sepuluh tahun. Perasaan bahagia sekaligus sedih. Sebenarnya aku turut bahagia karena Widia, telah menemukan salah satu kebahagiaannya terbesar dalam hidupnya yaitu menikah. Tapi, aku juga sedih karena di saat yang bersamaan aku malah merasa iri dengan kebahagiaannya itu. Sebenarnya normal tidak, sih, perasaanku ini?
Kemudian ketika Saskia memberitahuku bahwa dia juga akan menikah – kira-kira berselang dua bulan setelah Widia menikah – aku juga merasakan hal yang sama. Perasaan bahagia dan sedih itu kembali melandaku. Aku bahkan diam-diam sempat menangis di toilet kedai teh setelah mendengar berita bahagianya itu. Aneh tidak, sih, perasaanku ini?
Mungkin karena Saskia adalah sahabatku yang paling dekat dibandingkan yang lainnya, jadi aku seperti merasa akan kehilangannya bila dia menikah. Aku merasa seseorang akan mengambil Saskia dari sisiku – yang mengambilnya tentu saja Hendri, laki-laki yang sudah menjadi tunangannya selama dua tahun karena dialah yang akan menikahinya. Oh, how happy she is.
Dan sepertinya penyakitku ini semakin hari semakin parah saja ketika kemarin Elisa mengabarkan berita gembiranya. Bahwa dia juga akan segera menikah akhir tahun ini. Dengan Bramantio, pria yang baru jadi kekasihnya delapan bulan telah melamarnya. Oh, how lucky she is.
Sedangkan aku? Sudah hampir tiga tahun aku dan Ferian berpacaran, tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda dia akan melamarku? Oh, how poor I am.