Rabu, 01 Desember 2010

Grey Wednesday

Catatan:
Tulisan berikut merupakan tulisan non cerpen pertamaku yang dimuat di Majalah, tepatnya Majalah  CHIC No. 10. 7-12 Mei 2008 di rubrik My Point of View. Sebenarnya tulisan ini lebih tepat disebut artikel (curhat). Hahahaha.


Maharani Menulis:

GREY WEDNESDAY*


Kalau orang-orang punya istilah I hate Monday, Freaky Friday atau Happy Sunday untuk menggambarkan hari-hari dalam hidup mereka, saya juga punya istilah sendiri yaitu Grey Wednesday alias Rabu Kelabu. Ceritanya begini.

Saya adalah seorang karyawan di sebuah tempat persewaan buku sekaligus vcd dan dvd film. Kantor kami beroperasi 12 jam per hari dari jam 09.00 hingga jam 21.00, dengan dua shift yang terdiri dari 2 orang tiap-tiap shift selama 6 jam, dan masing-masing karyawan mendapat jatah one day off a week yang berbeda-beda tergantung kesepakatan bersama. Dalam seminggu kami memiliki dua hari sibuk yaitu Senin dan Rabu. Pada dua hari tersebut buku-buku baru terutama jenis komik datang. Kalau pada hari Senin buku baru yang datang hanya berkisar  antara 7 sampai 10 judul buku dengan jumlah eksemplar 2 sampai 3 untuk disewakan. Pada hari Rabu buku baru yang datang bisa mencapai 10 sampai 20 judul dengan jumlah eksemplar 3 sampai 5 untuk disewakan.



Nah, kesibukan pada hari Rabu yang bisa dikatakan dua kali lipat dibandingkan senin. Bila pada hari Rabu saya masuk shift pagi, maka kerjaan saya jadi bertambah. Selain melayani peminjaman dan pengembalian seperti biasa, saya juga mesti mendata buku-buku baru yang datang lalu memasukkannya ke dalam program di komputer, membuatkan kode buku. Bila diperlukan, saya ikut membantu teman satu shift membongkar buku-buku itu, memberikan kode, stempel dan menyampul sampai akhirnya siap disewakan. Bila dapat jatah shift sore pun, kerjaan saya cukup sibuk. Apalagi kami juga melayani pembelian buku plus sampul.

Bisa Anda bayangkan betapa repotnya kami. Si A mau pinjam, Si B mau mengembalikan, Si C mau mengembalikan plus pinjam lagi, Si D mau beli buku dan minta tolong disampulkan, Si E minta tolong film yang akan disewa dicoba dulu, Si F sibuk bertanya apa barang yang akan ia sewa atau beli ada atau tidak. Dan semua itu kadang terjadi dalam waktu yang nyaris bersamaan. Sehingga untuk menghadapinya kesabaran dan sikap cekatan mutlak diperlukan. Karena kalau tidak, bisa-bisa akan terbentuk ‘lautan’ manusia di depan counter yang semuanya ingin cepat-cepat dilayani, tapi susah sekali diminta untuk mengantri.

So, setiap datang hari Rabu, sudah dipastikan bahwa tampang saya yang (katanya) jutek akan terlihat semakin jutek. Senyum yang memang jarang sekali menghias wajah saya pun akan semakin langka. Hehehehe… Namun demikian, saya selalu berusaha memberikan service terbaik kepada para customer sekalipun dengan wajah kaku seperti habis disuntik botoks. Hahahaha.... Ups! I am sorry, Boss.

***

*Dimuat di Majalah  CHIC No. 10. 7-12 Mei 2008, rubrik My Point of View.


Edit:
Sekarang hanya ada satu hari sibuk dalam satu minggu, yaitu hari rabu saja.

Catatan:
Setelah menulis artikel (curhat) ini, aku sudah tidak lagi mengalami Grey Wednesday alias Rabu Kelabu. Yang ada hanyalah Rabu berarti datang buku baru. Hahahaha. Writing therapy may works for me. Aku perlu menulis atau mengeluarkan uneg-uneg lewat tulisan agar pikiran lebih rileks dan perasaan lebih plong. Jadi, aku merasa lebih fresh. So why don't you try it yourself? Writing theraphy for relaxation. It's fun and entertaining.

1 komentar:

  1. Namun demikian, saya selalu berusaha memberikan service terbaik kepada para customer sekalipun dengan wajah kaku seperti habis disuntik botoks..

    *saya botoks untuk menu makan siang..

    BalasHapus