Jumat, 03 Desember 2010

Making of Cerpen "Maafkan Aku Bila Mencintaimu"

Hello,


Masih ingat cerpenku yang berjudul “Maafkan Aku Bila Mencintaimu”, kan? Cerpen pertamaku yang dimuat, di Majalah ANITA Cemerlang/10/Tahun XXI/26 Mei – 08 Juni 2000. This moment i will tell you the making of that story.

Well, proses pembuatan cerpen itu tidaklah lama. Hanya perlu beberapa hari saja. Mungkin karena cerpen itu terinsipirasi dari kisahku sendiri, jadi aku dengan mudah menuliskannya. Setelah cerpen itu selesai aku tulis, aku pun tidak langsung mengirimkannya kemana pun karena cerpen itu sejatinya adalah salah satu bentuk curahan hatiku (curhat) yang aku tuangkan lewat tulisan dan aku tidak ada niat untuk mempublikasikannya. Hingga suatu hari aku memberanikan diri meminta temanku, Mae, membacanya dan dia bilang not bad meski dia curiga dan bertanya apakah itu kisahku dan waktu itu aku cuma tersenyum. I was sorry, Mae, I couldn't tell you the truth that it was written based on my own experience.

Aku baru kepikiran untuk mengirimkan cerpen itu saat aku menemukan dan membaca majalah Anita Cemerlang yang isinya adalah cerpen-cerpen remaja. Waktu itu aku berpikir: bagaimana ya rasanya kalau cerpenku bisa dimuat di majalah dan dibaca oleh banyak orang?

Dan perjuanganku pun dimulai.



Setelah membaca berbagai macam syarat dan ketentuan sebuah naskah cerita bisa dikirimkan ke majalah, aku pun mulai menyusun startegi, hehehe, seperti mau perang saja. Tapi, itu memang perang lho. Perang dengan misi menembus majalah Anita Cemerlang. Agar cerpenku bisa dimuat karena aku ingin tahu bagaiamana rasanya melihat namaku dan tulisanku muncul di majalah.

Karena pada awalnya cerpen itu ditujukan untuk media curhat, maka aku menuliskannya di lembaran-lembaran buku tulis dengan tulisan tangan. Dan agar sesuai dengan kriteria pengiriman naskah ke majalah, mau tidak mau aku harus menyalinnya ke dalam bentuk ketikan rapi di lembaran kertas hvs dengan cara mengetiknya manual dengan mesin ketik atau mengetik dan mencetaknya dengan komputer.

Nah, karena pada saat itu aku belum memiliki komputer -- bahkan aku belum tahu bagaimana cara mengoperasikan komputer -- dan di daerahku belum ada rental komputer, maka aku harus mengetiknya sendiri dengan mesin ketik manual. Dan lagi-lagi, karena aku tidak memiliki mesin ketik, aku pun harus meminjamnya dari tetangga. 

Masalahku tidak selesai pada aku akhirnya bisa meminjam mesin ketik dari tetangga untuk mengetik tulisanku. Masalah lain muncul. Ternyata mengetik dengan mesin ketik memberiku kesulitan. Bayangkan. Bila kita mengetik dengan komputer, jika terjadi kesalahan ketik, kita dengan mudah bisa memperbaikinya hanya dengan mengoperasikan tombol delete sebelum hasil ketikan dicetak. Tapi, bila kita mengetik dengan mesin ketik, jika terjadi kesalahan ketik, maka kita mesti mengganti kertasnya dan mengetik ulang. Sebab bila kesalahan ketik itu kita hapus dengan tipe-ex atau sejenisnya, maka hasilnya sungguh akan tidak rapi dan tidak nyaman dibaca. Jadi, masalah yang aku alami adalah kesalahan ketik, mengganti kertas bukan karena sudah selesai mengetik satu halaman, mengetik ulang, kesalahan ketik lagi padahal hanya tinggal beberapa baris akhir di halaman tersebut, mengganti kertas lagi, mengetik lagi, berulang-ulang, berkali-kali sampai akhirnya aku bisa mengetik tanpa ada kesalahan ketik dan menghasilkan ketikan yang rapi dan enak dibaca. Huft. What a hard work!

Naskah sudah selesai diketik rapi. Sudah jadi dan siap dikirim. Dan akhirnya aku pun mengirimkannya ke alamat majalah ANITA cemerlang. Semoga segera diterima, dibaca, dan dimuat, begitu pikirku. Namun, lewat sebulan, tiga bulan, enam bulan, tidak ada kabar. Mungkin sedang mengantri untuk dibaca redaksi dan itu artinya aku juga harus lebih sabar menunggu. Dan sambil menunggu aku pun menulis lagi dan lagi cerpen-cerpen lain atau sekedar curhat di lembaran buku tulisku dengan tulisan tangan.

Sampai akhirnya, kalau ingatanku tidak salah, aku mengirimkan tulisanku lagi ke Majalah ANITA Cemerlang (bukan cerpen "Seperti Elang" yang akhirnya dimuat juga di majalah tersebut), sebuah cerita yang mirip-mirip curhatku tentang bagaimana kisah cinta pertamaku yang akhirnya menginspirasiku menulis cerpen “Maafkan Aku Bila Mencintaimu”. Uhm... Kalau teringat itu, aku jadi malu. How could I do such a thing? Curhat yang tidak penting. Hahaha.

Dan akhirnya, cerpen "Maafkan Aku Bila Mencintaimu" dimuat di majalah ANITA, kira-kira setelah satu tahun aku menunggu. Aku mendapatkan sebuah copy edisi tersebut dan tentu saja sejumlah uang sebagai honor atas dimuatnya cerpenku itu. Majalah edisi tersebut masih aku simpan sampai sekarang. Sementara honorku tentu saja sudah habis aku belanjakan, hahahaha, dan sayangnya saat itu aku tidak kepikiran untuk membelikannya sesuatu yang bisa aku jadikan kenang-kenangan bahwa itu adalah penghasilan pertamaku. Meskipun jumlahnya tidak seberapa, tapi aku sangat senang karena itu adalah hasil keringatku sendiri.

That't is; begitulah. Cerita di balik pembuatan cerpen "Maafkan Aku Bila Mencintaimu". Bagaimana menurut kalian? Cukup berat dan berliku-liku perjuanganku untuk akhirnya bisa melihat cerpenku dimuat? Uhm.... Well, aku hanya bisa mengucap syukur diberi pengalaman demikian. Seperti kata pepatah, bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian atau wise man said no pain no gain. Kalau tidak demikian, mungkin aku akan kurang menghargai apa yang akhirnya bisa aku dapatkan. Karena terkadang kita hanya fokus pada hasil akhir dan sering melupakan proses untuk mendapatkan hasil tersebut.

Ibaratnya begini. Bila kita terluka, kita ingin cepat segera sembuh, kan? Lalu kita melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan luka tersebut. Menyembuhkan luka tentunya perlu proses. Dan proses itu perlu waktu. Waktu yang diperlukan bisa saja hanya sekejab mata atau lama sekali seperti tiada henti. Kita tahu luka itu akan sembuh bila kita konsisten menyembuhkannya, hanya saja kita tidak sabar menunggu kapan luka itu akan sembuh. Kita hanya fokus pada luka itu harus sembuh. Jadi, terkadang kita kurang bisa menikmati bagaimana proses penyembuhannya. Kita tidak sabar menunggu bagaimana luka yang berdarah, basah, bernanah itu pelan-pelan mengering, mengelupas, meninggalkan bekas dan akhirnya hilang tak berbekas (memangnya ada luka yang tak berbekas? hehehehe. Bekas lukaku gara-gara jatuh dari motor, kira-kira 3 tahun yang lalu saja, masih ada sampai sekarang bahkan jadi keloid. Hahahaha).

Uhm... Kok ceritaku jadi melenceng, ya? Hehehehe, maaf.

Kembali pada pada topik semula. Apa yang terjadi di balik pembuatan cerpen "Maafkan Aku Bila Mencintaimu" adalah salah satu pengalaman terbaikku karena itu membuatku selalu ingat bahwa kita memang harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan sehingga kita bisa lebih menghargainya bila sesuatu itu akhirnya kita dapatkan.

Tapi, apabila apa yang kita usahakan belum tercapai atau malah tidak tercapai, kita pun masih bisa bersyukur diberikan kesempatan untuk mengalami semua proses perjuangan tersebut. Ingatlah, pengalaman adalah guru terbaik. Yang insyaallah, bisa membuat kita termovitasi untuk berusaha lebih giat lagi dalam meraih yang terbaik. Dan jangan lupa, semuanya ada saatnya. Jadi, kalau itu terjadi, memang itulah saatnya.

So, let's do our best to achieve the best of the best! 

And remember. Your supports motivate me, your thoughts inspire me, and your love keep me writing.



Chuu~~


AJ

10 komentar:

  1. Tapi, apabila apa yang kita usahakan belum tercapai atau malah tidak tercapai, kita pun masih bisa bersyukur diberikan kesempatan untuk mengalami semua proses perjuangan tersebut - AJ Maharani

    BalasHapus
  2. hebat..tulisannya bisa dimuat di majalah

    dulu saya pernah kirim cerpen ke Bobo tapi belum dimuat :)

    BalasHapus
  3. saya setubuh, setuju dengan segenap tubuhku. lol

    BalasHapus
  4. @a.e.zen: Terima kasih. Semoga tulisanmu bisa dimuat. Tetap semangat ya!! ^^

    @rono: ^^

    BalasHapus
  5. kayaknya cerpen2 lu terlalu umum ceritanya. cerita yg menarik it yg bs ngebawa pembaca masuk ke dunia baru (jarang dialami kehidupan sehari2), spt cerita gay, lesbi, kehidupan mlm, horor, dll

    BalasHapus
  6. :D

    .....cerita gay, lesbi, kehidupan mlm, horor, dll

    Terima kasih atas masukkannya. Juga terima kasih atas komennya ^^

    BalasHapus
  7. Munculkan dong ceritanya....biar pada.baca

    BalasHapus
  8. Munculkan dong ceritanya....biar pada.baca

    BalasHapus